Motif Lepang |
Kebudayaan perunggu dari Dongson masuk ke Nusantara tidak hanya berpengaruh terhadap perkembangan peradaban tetapi juga terhadap kesenian khususnya seni hias. Hiasan pada benda - benda perunggu dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat di Nusantara yang memiliki sifat toleransi tinggi. Akibatnya terciptalah seni hias perpaduan antara seni hias yang datang dari luar dengan seni hias Nusantara yang telah ada sebelumnya.
Di samping itu terjadi pula alih teknologi menuang dan menempa logam untuk menghasilkan benda - benda peralatan hidup atau peralatan upacara serta alih pengetahuan tentang menghias suatu bidang dengan komposisi yang artistik. Pada bidang tepi (pinggir) suatu benda dihiasi dengan motif garis - garis, geometris, tumpal sedangkan pada bidang tengah dihiasi motif burung, kuda, dan lain - lain. Khusus motif tumpal (segitiga sama kaki) oleh Van der Hoop (1949: 28) dikatakan sangat terkenal pada kain tenun dan batik. Hampir tidak ada kain tenun Nusantara yang tidak mengenal motif tumpal sebagai hiasan tepi.
Periode selanjutnya masuk pengaruh Hindu - Budha yang sinkron dengan budaya asli Nusantara memberikan pengaruh yang tidak sedikit terhadap perkembangan seni hias Nusantara. Pada masa itu lahirlah motif - motif yang mencirikan adanya akulturasi budaya misalnya: motif hias kedok dengan motif hias kala. Motif hias ular dengan motif hias naga. Motif hias tapak dara dengan motif hias swastika. Motif hias pucuk rebung dengan motif hias kalpataru (pohon hayat). Lahir juga kesenian wayang kulit sebagai media penyebaran agama. Perkembangan selanjutnya, wayang juga menjadi salah satu corak seni hias.
Seni menghias pada periode tersebut di atas berkaitan dengan kepercayaan yang berkembang pada saat itu. Seni memiliki keterkaitan dengan sistem pemujaan nenek moyang, hal - hal gaib, magis, mitologis. Benda - benda, tumbuh - tumbuhan, makhluk hidup, dan makhluk - makhluk tertentu dipercaya memiliki kekuatan pelindung atau penolak kekuatan jahat, misalnya motif kedok, topeng, dan kala. Motif hias manusia dan kadal sebagai perlambang roh nenek moyang atau dewa - dewa. Motif burung merupakan perlambang kendaraan roh menuju alam baka.
Masuknya Islam yang kemudian berkembang dengan pesat pada abad ke-16 di beberapa wilayah Nusantara termasuk Lombok, memanfaatkan media seni untuk penyebaran agama Islam antara lain seni pewayangan, seni sastra, arsitektur, dan seni dekoratif. Setelah mendapat pengaruh Islam, perkembangan seni hias dekoratif di Lombok, khususnya pada kain songket, lebih mengarah pada seni hias yang menggambarkan tumbuh - tumbuhan, bunga, daun, geometris, dan benda - benda alam lainnya. Walaupun demikian masih nampak penerapan motif hias berbentuk manusia dan binatang, tetapi tidak lagi ada maksud - maksud mitologis, magis atau simbolis. Hiasan tersebut semata - mata untuk memperindah penampilan kain songket yang dihasilkan oleh para penenun di Lombok.
Secara umum, motif songket Lombok dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti:
1. Motif geometris
2. Motif tumbuh - tumbuhan
3. Motif binatang
4. Motif manusia
5. Motif wayang
6. Motif lain - lain
Motif geometris berupa motif garis lurus, garis melengkung, garis sudut menyudut, garis silang menyilang, segi tiga, segi empat, segi enam, segi delapan, lingkaran, meander, pilin berganda, kait atau kunci, dan kawung.
Motif tumbuh - tumbuhan berupa motif pohon, daun, bunga, dan sulur-suluran.
Motif binatang berupa motif kuda, ular, burung, ayam, kupu-kupu, dan kepiting.
Motif manusia berupa posisi kangkang dan manusia naik kuda.
Motif wayang meniru aneka bentuk dan rupa wayang Sasak seperti motif hias kala dan payung.
Hal yang spesifik dari ragam motif kain songket Lombok adalah pemberian nama pada masing-masing motif seperti: bintang empat, bintang sambrah, payung agung, taman rengganis, subahnale, remawa, taman barong, dan seret penginang.
Ragam motif tersebut lahir dari proses kreatif para penenun yang terus menerus berdialog dengan berbagai pengalamannya bergaul dengan motif melalui cita, rasa, karsa serta naluri estetikanya. Semua itu mengkristal sehingga tercipta motif berupa kombinasi atau perpaduan dari beberapa motif. Ragam motif kemudian diberi nama - nama yang kental bernuansa lokal sekaligus menjadi ciri khas ragam motif kain songket Lombok.
Daftar Pustaka
Hoop, Th. van der. 1949. Indonesische Siermotieven. Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Kartodirdjo, Sartono, dkk. 1975. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kartodirdjo, Sartono, dkk. 1976. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______________. 2000. Kain Songket Lombok. Nusa Tenggara Barat: Departemen Pendidikan Nasional Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Dlava Butik
Dlava Butik memiliki berbagai macam motif songket khas Lombok yang menggunakan benang tenun, benang emas, dan benang perak seperti di bawah ini:
Songket Motif Remawa |
Songket Motif Subahnale |
Blazer Songket Lepang |
Busana Songket Emas Motif Bintang Sambrah |
Songket Motif Seret Penginang |
Songket Motif Belah Ketupat |
Songket Motif Jempiring |
Songket Motif Nanas |
Rok Songket Jempiring |
Songket Motif Kabut |
Songket Motif Tumbuhan |
Songket Motif Geometris |
Songket Motif Kangkang |
Songket Motif Geometris |
Songket Motif Keker |
Songket Motif Geometris |
Songket Emas Motif Nanas |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar