Kain Songket Lombok
Songket Lombok Koleksi D'lava Butik |
Songket Lombok Koleksi D'lava Butik |
Songket Lombok Koleksi D'lava Butik |
Songket Lombok Koleksi D'lava Butik |
Untuk melihat koleksi kain Lombok lainnya bisa didapat pada http://www.dlavabutik.com
Kain songket sebagai salah satu wujud kebudayaan berupa benda fisik seringkali melahirkan rasa kagum dan bangga akan prestasi para penenunnya. Hal ini akan terjadi apabila kita mencoba memahami teknis pengerjaannya, yaitu dengan keterampilan tangan dipadukan dengan kreativitas mengolah imajinasi untuk menciptakan pola dan motif-motif yang menghiasi bidang kain. Proses kretaif dan pengalaman kultural semakin memperkaya motif-motif itu menjadi karya yang sarat dengan nilai simbolis.
Kain songket sebagai salah satu wujud kebudayaan berupa benda fisik seringkali melahirkan rasa kagum dan bangga akan prestasi para penenunnya. Hal ini akan terjadi apabila kita mencoba memahami teknis pengerjaannya, yaitu dengan keterampilan tangan dipadukan dengan kreativitas mengolah imajinasi untuk menciptakan pola dan motif-motif yang menghiasi bidang kain. Proses kretaif dan pengalaman kultural semakin memperkaya motif-motif itu menjadi karya yang sarat dengan nilai simbolis.
Bangsa Indonesia kaya akan warisan budaya berwujud
fisik. Pemanfaatan benda-benda budaya masa lalu tersebut adakalanya yidak
berlanjut, namun ada juga yang masih berlanjut sampai sekarang. Penggunaan
alat-alat batu seperti kapak lonjong, kapak perimbas, dll sudah banyak
ditinggalkan sejak ribuan abad yang lalu. Berbeda dengan pemakaian alat tenun
yang menghasilkan kain tenun untuk keperluan upacara, pakaian pengantin, dll
masih terus belanjut sampai sekarang di seluruh wilayah Indonesia. Kain songket
masing-masing daerah di Indonesia menunjukkan ciri dan kekhasan tersendiri.
Pengerjaannya cukup rumit namun kain yng dihasilkan bermutu dan bernilai seni.
Hal tersebut terlihat pada kain songket dengan ragam hias flora, fauna, makhluk
hidup dan benda-benda tertentu. Dilihat dari ragam hias dan warna warni benang,
dapat dikatakan selain membuat kain, para penenun pada saat menciptakan karya
seni, alam dan segala isinya membantu melahirkan pengalaman estetik baginya.
Pengalaman estetik tersebut diabadikan dalam karya kreatifnya berupa kain songket.
A. Kain Songket dan Manfaatnya
Bagi Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat Sasak, kain songket
digunakan sebagai pakaian pria maupun wanita pada saat berlangsung upacara adat
atau sebagai pakaian pengantin. Dari segi kegunaan tersebut, maka kain songket
Lombok secara umum dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu :
Orang Sasak yang melakukan aktivitas menenun kain
songket tersebar di beberapa wilayah kabupaten, seperti di Kabupaten Lombok
Barat: Desa Getap-Kecamatan Cakranegara, Desa Sukadana-Kecamatan Bayan. Di
Kabupaten Lombok Tengah: di Desa Sukarara-Kecamatan Praya Barat dan Desa
Sengkol serta Desa Rembitan di Kecamatan Pujut. Di Kabupaten Lombok Timur: di
Desa Kembang Kerang dan Desa Sembalun, Kecamatan Sukamulia.
Peralatan yang dipakai untuk
membuat kain songket adalah alat tenun tradisional, yaitu Ranggon dan Cagcag. Menenun pada
umumnya dilakukan oleh kaum wanita terutama gadis remaja.
Kain songket merupakan karya budaya manusia.
Setidaknya terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dsb;
(2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat; (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia. Ketiga wujud ini berkaitan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan
mengatur dan memberi arahan kepada perbuatan dan hasil karya manusia.
Dari segi fisik, yang nampak pada kain songket
Lombok adalah dasar tenunan memakai bahan benang katun. Di samping itu juga
tampak ragam hias berupa motif flora, fauna, manusia, dan benda-benda alam yang
memakai benang katun warna-warni sehingga terlihat kontras antara motif yang
satu dengan yang lain. Dibalik wujud fisik dari kain songket, tersirat hal-hal
yang bersifat non-fisik yang mempengaruhi proses kelahiran kain Songket Lombok
antara lain: sejarah, adat-istiadat, bahan, proses pembuatan, dan seni
hias.
B. Budaya Menenun
Kebudayaan menenun masuk ke Nusantara diperirakan
pada masa neolothikum (2000 SM) yang dibawa lewat Asia Tenggara. Kemudian
menetap di Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau lain di Indonesia bagian barat,
sampai Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan belanjut ke Filipina.
Bukti yang menunjukkan bahwa mereka telah mahir menenun, yaitu adanya temuan
periuk belanga yang memakai hiasan tenunan.
Pada masa perundagian, datang manusia gelombang
kedua yang membawa kebudayaan perunggu, diperkirakan mereka dari Dongson
Vietnam Utara, masuk ke Nusantara melalui Malaysia Barat. Masuknya kebudayaan
perunggu ini mempengaruhi perkembangan menenun terutama ragam hias dalam
tenunan Nusantara. Motif kedok, tumpal, geometris, pilin berganda, meander
adalah motif-motif yang terdapat pada nekara perunggu dari masa perundagian,
kemudian diterapkan pada tenunan.
Sejak zaman prasejarah, Indonesia telah mengenal
tenunan dengan corak disain yang dibuat dengan cara ikat lungsi. Mereka
mempunyai kemampuan mebuat alat-alat tenun, menciptakan disain denganmengikat
bagian-bagian tertentu dari benang, dan mereka mengenal pencelupan warna.
Tenunan dengan cara ikat lungsi dengan corak, disain, dan warna-warna yang tua
yaitu merah hitam putih yang diperoleh dari tanaman atau jenis batu-batuan yang
terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.
Kepandaian seperti ini dimiliki oleh masyarakat yang hidup pada zaman perunggu
(abad ke – 8 sampai 2 SM).
Abad kedua masehi, Indonesia telah menjadi bagian
dari perdagangan internasional khususnya dunia perdagangan dengan India. Ahli
sejarah menyebutkan barang-barang dagangan dari India adalah barang-barang yang
bernilai tinggi, misalnya logam mulia, berbagai jenis tenunan, barang pecah
belah, di samping bahan baku yang diperlukan untuk kerajinan. Pada abad ketiga
masehi mulai terjadi hubungan dagang dengan Cina. Dalam catatan sejarah Cina
tahun 518, raja bagian Utara umatera memakai pakaian dari sutera. Diperkirakan
kain sutera itu adalah kain impor, sebab sutera belum ditenun di Sumatera maupun
Jawa sampai munculnya kerajaan Sriwijaya. Dalam hubungan dagang dengan
Sumatera, Jawa, dan Bali, mereka membawa hadiah berupa kain tenun kapas ke
negri asalnya. Peristiwa tukar-menukar barang itu terjadi sekitar abad ke-7
sampai dengan abad ke-15.
Pada saat ini benang yang dipakai oleh para
penenun kain songket di Lombok adalah benang katun, benang sutra, benang emas
dan benang perak. Benang katun ada yang dipintai sendiri dari kapas ada juga
yang dibeli di pasar. Benang sutera, benang perak, benang emas sejak dulu
diperoleh dengan cara membel kawasan Pasar Suweta-Mataram. Secara gampang
mereka menyebutnya benang toko. Perdagangan benang mungki sy=udah berlangsung
pada masa Majapahit. Ketika itu kawasan Indonesia terbagi atas dua zona
perdagangan. Pusat-pusat perdagangan si Sumatera tergolong zona perdagangan
selat Malaka yang berada dalam pengawasan Kerajaan Malaka. Wilayah lainnya
berada dalam zona perdagangan laut Jawa yang berada dalam hegemoni Kerjaaan
Majapahit. Pada jalur pelayaran Laut Jawa, pedagang dari kawasan barat ke
kawasan timur Indonesia begitu pula sebaliknya, menelusuri pesisir pantai
tu]imur Sumatera, pesisir utara Jawa, memasuki Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,
termasuk ke Pulau Rempah-rempah (Maluku) atau Nusa Cendana (Timur dan Sumba).
Sekitar abad ke-14 dan ke-15 berdatangan para
pedagang Islam India dan Arab ke Nusantara membawa kain-kain impor, salah
satunya kain patola. Merka jug membawa benang perak dan benang emas sekaligus
menyebarkan Islam melalui Selat Malaka ke pelabuhan-pelabuhan Sumatera dan
pantai utara Jawa. Sangat mungkin pedagang-pedagang Islam tersebut juga ke
Lombok. Pada abad ke-16 di Maluku sedang berkembang dengan pesat perdagangan
rempah-rempah, di Bali dan Lombok sudah ada perdagangan sarung yanf diangkut
oleh kapal-kapal Gresik di sepanjag pantai Utara Jawa. Masuknya kain-kain
impor, benang emas,perak dan sutera diduga mendorong lahirnya ide menenun kain
dengan menerapkan bahan-bahan tersebut sehingga terciptalah kain yang dikenal
dengan nama kain Songket.
Sebelum mengenal menenun kain
songket, masyarakat Lombok telah mengenal kepandaian menenun kain memakai bahan
benang berut (benang kapas yang dipintal sendiri). Kain teny=un yang
dihasilkan adalah kain tembasak (kain
polos berwarna putih). Di samping itu juga dikenal kepandaian menenun pelekat
dengan cara mewarnai benang lungsi dan benang pakan yang kemudian ditenun
sehingga menghasilkan kain tebub bercorak garis-garis vertikal seperti
kain tapo kemalo, sabuk bendang, dan kain corak catut
seperti kain kembang komaq, kain selulut, dan kain ragi
genep.
Kain Tenun Pelekat, Ragi Genep Ragi (motif), Genep (lengkap). Ragi Genep maksudnya kain tenun pelekat dengan motif garis kotak-kotak berwarna putih, merah, kuning, hitam, dan hijau. |
C. Pengertian Kain Songket
Kain Songket adalah kain tenun yang dibuat dengan
cara mengyungkit benang lungsi kemudian dimasukkan benang pakan tambahan
(benang emas, benang perak dan atau benang katun berwarna) untuk membentuk pola
hias timbul pada dasar tenunan dari benang katun atau benang sutera.
D. Masuknya Kain Songket di
Lombok
Aktivitas perdagangan menyebabkan masyarakat Sasak
(masyarakat Lombok) berkenalan dengan benang impor dan kain impor.
Jenis-jenis benang impor yang masuk melalui dunia perdagangan antara lain
benang sutera, benang logam (perak dan emas), dan benang katun. Jenis-jenis
kain impor yang masuk ke Lombok, antara lain adalah kain batik, kain rembang,
kain sripe, dan kain tenun berupa sarung dari daerah Jawa.
Kain kapal adalah kain tenun songket memakai benang
katun berasal dari Kalimantan yang ditemukan di Lombok Utara, dipakai sebagai
pembungkus kitab suci Al-Qur’an.
Banyak corak motif hias songket Lombok yang
menunjukkan kemiripan dengan corak motif hias kain songket Bali Utara. Salah
satu contoh, motif-motif yang mirip dengan kain Subahnale, di Bali Utara
disebut kain songket Kekurungan. Hal ini dimungkinkan karena letak Pulau Bali
dengan Pulau Lombok yang berdekatan serta Pelabuhan Buleleng pernah menjadi
pelabuhan yang menghubungkan wilayah Indonesia bagian barat dengan wilayah
Indonesia bagian timur.
Dalam budaya pertenunan, masuknya benang impor dan
kain impor memungkinkan para penenun di Lombok terlatih kreativitasnya.
Kemudian menerapkan bahan-bahan impor tersebut pada tenunannya, termasuk juga
dalam hal motif hias seperti motif hias pucuk rebong, swastika, barong, garuda,
singa, naga, dll.
Masuknya islam yang kemudian
merubah sebagian besar keimanan masyarakat Sasak dari pra-islam menjadi islam,
juga berpengaruh pada kehidupa sosial dan kebudayaan masyarakat Sasak. Dalam
hal seni hias, ajaran Islam melarang membuat motif hias yang memvisualisasikan
bentuk-bentuk maskhluk bernyawa seperti binatang dan manusia, sehingga lahirlah
kain songket Subahnale. Dasar tenunan kain
songket Subahnale berwarna hitam atau merah, pada bagian tepi kain terdapat
motif geometris dan pada bidang kain terdapat hiasan segi enam sambung
menyambung yang di dalamnya terdapat motif hias kembang remawa, bunga tunjung
dan panah. Ragam hias tersebut memenuhi bidang kain.
Konon, seorang penenun saat itu
merasa senang dan puas karena mampu menyelesaikan tenunan songketnya, lalu
secara serta merta ia mengucapkan Subhanallah, yang
artinya Maha Suci Allah. Lama kelamaan, akibat dipengaruhi ucapan tersebut
jdilah Subahnale. Kain songket itu lalu dikenal secara luas dengan kain songket Subahnale.
Songket Subahnale |
Bagi masyarakat Sasak, mengenakan busana kain
songket di samping untuk memenuhi rasa untuk tampil menawan juga merupakan
prestise bagi si pemakai dan keluarganya. kalau pada masa lalu mereka meukarkan
hasil-hasil pertaniannya dengan kain songket, dewasa ini dilakukan dengan cara
membeli atau membayar dengan uang.
Pemakaian kain songket sebagai busana paling
menonjol pada pakaian pengantin pria dan wanita saat upacara perkawinan. Bisana
pengantin pria terdiri dari ikat kepala (sapuq) dari kain songket. Pada bagian
dada ke bawah sampai lutut menggunakan dodot songket dan pada bagian perut ke bawah
sampai betis menggunakan selewoq songket. Pengantin wanita menggunakan bendang
songket sebagai kain panjang dan sabuk bendang songket sebagai ikat pinggang.
Pakaian Pengantin Sasak |
E. Pengolahan Bahan
Benang katun yang dipakai sebagai dasar tenunan
maupun untuk membuat motif hias pada kain songket Lombok sekarang diperoleh
dengan cara membeli di toko. Sebelum itu, benang katun dipintal sendiri dari
kapas lalu dicelup dengan warna-warna yang bahan pewarnanya diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan dan benda padat. Warna merah dari kelupas kulit kayu sepang.
Warna biru dan hitam dari buah tarum. Warna coklat dari lumpur. Warna ungu dari
buah pace. Warna kuning dari kunyit. Warna hijau dari daun pandan atau kayu
manis.
Cara-cara mengolah kapas menjadi benang dapat
dilihat di video berikut:
Selain itu teknik menenun songket dapat dilihat
pada video berikut:
Gambar Peralatan Tenun |
F. Ragam Hias
Kain songket Lombok dihiasi dengan aneka ragam
motif hias. Secara umum, ragam hias kain songket Lombok dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
1.
Ragam
hias geometris
2.
Ragam
hias tumbuh-tumbuhan
3.
Ragam
hias binatang
4.
Ragam
hias manusia
5.
Ragam
hias wayang, dll
Ragam hias geometris berupa motif garis lurusm
garis melengkung, garis susdut menyudut, garis silang menyilang, garis
membentuk tanda tambah, segitiga, segiempat, segienam, segidelapan, dan
lingkaran-lingkaran. Ragam hias tumbuhan berupa motif pohon, daun, bunga,
sulur. Ragam hias binatang berupa motif kupu-kupu, kepiting, kuda, burung.
Ragam hias manusia berupa motif manusia dalam posisi naik kuda. Ragam hias
wayang meniru bentuk dan rupa wayang sasak pada cerita Menak Amir Hamzah
sedangkan ragam hias lain-lain adalah motif payung dan kala.
Hal spesifik dari ragam hias songket Lombok adalah
pemberian nama pada asing-masing ragam hias seperti: bintang empat, payung
agung, subahnale, remawa, dll.
Demikianlah tulisan mengenai Kain Songket Lombok.
Nantikan tulisan lainnya kembali ^_^
Untuk Info dan chat, ikuti kami di
Fb : https://www.facebook.com/dlavabutik/ IG : @dlavabutik Line : Dlava Butik
Untuk Info dan chat, ikuti kami di
Fb : https://www.facebook.com/dlavabutik/ IG : @dlavabutik Line : Dlava Butik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar